Insitusi Pemberi Kerja | : | Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila |
---|---|---|
Lokasi Pekerjaan | : | Jakarta |
Waktu Bekerja | : | 5 hari dalam seminggu (100%) |
Kemampuan Bahasa | : | Indonesia dan Inggris |
Tanggal Mulai | : | 1 May 2021 |
Batas Waktu | : | 12 April 2021 |
Melindungi masyarakat dari obat-obat tidak berkualitas adalah tugas yang tidak mudah bagi otoritas pengawas obat, terutama dalam konteks negara dengan sumber daya terbatas seperti Indonesia. Walaupun pengawasan pasca pemasaran (post market surveillance) merupakan kegiatan rutin bagi regulator obat, setiap negara memiliki cara berbeda-beda dalam pelaksanannya. Sampai saat ini, belum ada metode untuk menghitung prevalensi obat di bawah standar dan obat palsu yang diakui secara global, termasuk menilai dampaknya terhadap kesehatan dan ekonomi. Dengan dukungan dari National Institute for Health Research (NIHR), Fakultas Farmasi Universitas Pancasila bekerja sama dengan Imperial College London dan Erasmus School of Health Policy and Management (ESHPM) bermaksud merintis sistem pengawasan sentinel kualitas obat dan mengembangkan metode untuk menghitung prevalensi obat substandar dan palsu, serta dampaknya terhadap kesehatan dan ekonomi, melalui suatu koalisi penelitian yang diberi nama Systematic Tracking of At-Risk Medicines (STARmeds).
Konsep tersebut muncul dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai faktor-faktor yang mendorong produksi, perdagangan dan konsumi obat-obatan substandar dan obat palsu. Obat substandar dan palsu tidak didistribusikan secara merata di seluruh pasar, namun berkelompok pada faktor risiko tertentu. Contoh Faktor risiko obat-obat substandar adalah harga yang terlalu rendah bahkan tidak masuk akal, atau stabilitas produk yang buruk dikombinasikan dengan rantai distribusi yang panjang. Contoh Faktor risiko untuk obat-obatan yang dipalsukan ialah permintaan untuk penggunaan di luar label (off-label) atau ketersediaan dalam rantai pasok yang tidak resmi.
Kami berencana melakukan surveilans sentinel untuk obat-obatan substandar dan palsu di sejumlah daerah, lalu menggunakan data yang dihasilkan sebagai dasar untuk mengembangkan perkiraan risiko obat-obatan substandar dan palsu secara nasional. (Proses ini menggunakan model serupa yang digunakan untuk mengembangkan metode estimasi populasi berisiko HIV, yang dipelopori di Indonesia pada tahun 2002 yang kemudian diadopsi sebagai standar emas global oleh World Health Organization.)
Surveilans sentinel rencananya akan dilakukan pada 9 kabupaten yang tersebar di 5 provinsi di Indonesia. Pengumpulan sampel akan dilakukan dengan kerja sama dan bimbingan dari Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM), dan/atau Badan Pusat Statistik (BPS), serta berkoordinasi erat dengan Dinas Kesehatan setempat. Prosesnya akan melibatkan pembeli misterius yang akan mengunjungi fasilitas kesehatan dan apotek tertentu untuk membeli obatobatan berisiko tinggi. Obat-obat yang diperoleh tersebut akan dikirimkan ke Jakarta untuk uji kompendial lengkap sesuai standar Farmakope Indonesia (FI) atau United States Pharmacopeia (USP).
Oleh karena itu, kami bermaksud melibatkan koordinator pengumpulan data lapangan yang memiliki latar belakang epidemiologi. Koordinator pengumpulan data lapangan akan berperan dalam pembuatan rencana, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pengumpulan data. Latar belakang dan keterampilan dalam area epidemologi dipelukan dalam mendukung proses pembersihan data (berkoordinasi dengan manajer data) dan analisa data yang diperoleh. Koordinator ini juga akan berperan dalam membina komunikasi dengan institusi dam personel terakait untuk memastikan peroses pengumpulan data berjalan dengan baik, serta mengomunikasikan data yang diperoleh/hasil analisa kepada tim internal dan anggota kelompok kerja teknis yang terdiri dari pemangku kepentingan terkait peningkatan kualitas obat di Indonesia.
Kandidat yang terpilih diharapkan dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan berikut:
Share this :